News Amurang – Kanker payudara kini menempati peringkat pertama sebagai kasus kanker terbanyak di Indonesia. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan, lebih dari 65 ribu kasus baru terdeteksi setiap tahun, dengan tingkat kematian yang masih tinggi akibat keterlambatan penanganan. Fakta ini menimbulkan polemik: mengapa di era layanan kesehatan modern, kasus kanker payudara justru semakin meningkat?

Faktor Penyebab
Ahli kesehatan menilai tingginya angka kanker payudara di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari gaya hidup modern yang kurang sehat, seperti pola makan tinggi lemak, kurang aktivitas fisik, hingga stres berkepanjangan. Di sisi lain, kesadaran deteksi dini masyarakat masih rendah. Banyak pasien baru datang ke rumah sakit setelah memasuki stadium lanjut, ketika peluang kesembuhan semakin kecil.
Baca Juga : Mulai Banyak Usia 30-an Sudah Pasang Ring Jantung, Dokter Sarankan Konsumsi Ini
Sengkarut Penanganan
Polemik semakin rumit karena menyangkut keterbatasan fasilitas kesehatan. Tidak semua rumah sakit daerah memiliki alat mammografi atau tenaga onkologi yang memadai. Akibatnya, pasien dari daerah terpencil harus menempuh perjalanan jauh ke kota besar untuk mendapatkan layanan. Hal ini tidak hanya memakan biaya besar, tetapi juga memperlambat penanganan.
Selain itu, beban biaya pengobatan menjadi masalah tersendiri. Meski BPJS Kesehatan menanggung sebagian besar biaya, prosedur administratif dan antrean panjang membuat pasien sering kali kehilangan waktu berharga.
Harapan Perubahan
Pakar kesehatan masyarakat menilai bahwa solusi tidak cukup hanya dengan memperbanyak rumah sakit rujukan. Edukasi masyarakat tentang deteksi dini, pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), serta pemeriksaan klinis harus digalakkan. Di sisi lain, pemerintah perlu memperluas distribusi tenaga kesehatan terlatih hingga ke daerah.
Lebih penting lagi, isu kanker payudara tidak boleh dilihat sebatas angka statistik. Kasus ini adalah potret nyata dari dinamika pelayanan kesehatan, ketimpangan akses, dan rendahnya kesadaran masyarakat. Tanpa sinergi antara pemerintah, tenaga medis, dan masyarakat, kanker payudara akan terus menjadi “juara” yang menakutkan di negeri ini.









